Cinta adalah kata yang tak pernah
terbatas untuk dibicarakan, ia menjadi kata inisiator dalam seluruh perubahan
atau peristiwa yang terjadi dalam episode kehidupan manusia. Cinta mampu
menunjukan bagaimana orang itu memandang segala hal, dari mulai negatif hingga
positif tergantung bagaimana cinta itu dibawanya.
Cinta mampu membebaskan
sekat-sekat antara kehidupan humanistik manusia, ia dengan gagahnya menembus
segala unsur yang membedakan. Sehingga ada kalanya orang yang masuk dalam
wilayah roman, menginterpretasikan cinta itu mengharu biru karena ia memang
sedang melankolis. Ketika sudah masuk zona itu, yang tak tadinya kumal menjadi
rapih, yang tak berbentuk hingga badannya layak dipandang. Ke dalam wilayah itu
cintanya sudah berbentuk rasa.
Cinta jika dipadukan dengan
logika, maka ia akan memilih kemudian akan timbul yang namanya selera alias
pilihan. Unsur pilihan itu yang akan memadukan sejauh mana ia akan melangkah,
apakah jauh atau bahkan hanyalah sedepa. Jika cinta sudah masuk wilayah pilihan
maka selalu ada namanya cinta yang terbalut sebuah tujuan.
Cinta yang kuat itu selalu
membawa definisi, ia membawa sebuah prinsip yang terus dipertahankan meski
dalam realitanya ia menjadi fleksibelitas. Yang kemudian hadir dalam cinta yang
model itu adalah cinta yang terdefinisikan menjadi how to give alias cinta yang
selalu berorientasi memberi, ia terus tumbuh dan berkembang sehingga
perpaduannya itu salingmelengkapi.
Manusia hampir selalu dihadapkan
pada pilihan-pilihan hidup,maka begitu pula cinta yang ada dalam benak
manusianya itu sendiri. Cinta yang mempunyai tujuan bukanlah cinta yang
singkat, pagi ia kenal malam ia tinggal. Namun cinta yang model ini, dipenuhi
oleh proses pengujian yang panjang yang di dalamnya ada pengorbanan diri,
empati, perhatian, kasih sayang, membantu sehingga yang terlahir kemudian
adalah kata yang bernama tanggungjawab.
Maka sejenaklah kita melihat
ungkapan dari seorang Hamka yang mengatakan
“
Seandainya kamu dapat berbicara dalam semua bahasa manusia dan alam, tetapi tidak mempunyai perasaan cinta dan kasih, dirimu tak ubah seperti gong yang bergaung atau sekadar canang yang gemerincing.” Itulah cinta ..yang mampu menangkap setiap relung-relung atau mungkin resonansi jiwa dari mahluk yang ada di sekitarnya. Karena manusia diberikan akal maka wajar jika Hamka berkata itu, karena memang manusia itu adalah penjaga amanah untuk mempimpin di muka bumi ini.
Seandainya kamu dapat berbicara dalam semua bahasa manusia dan alam, tetapi tidak mempunyai perasaan cinta dan kasih, dirimu tak ubah seperti gong yang bergaung atau sekadar canang yang gemerincing.” Itulah cinta ..yang mampu menangkap setiap relung-relung atau mungkin resonansi jiwa dari mahluk yang ada di sekitarnya. Karena manusia diberikan akal maka wajar jika Hamka berkata itu, karena memang manusia itu adalah penjaga amanah untuk mempimpin di muka bumi ini.
Sudah seharusnya jika memang kita
memilih cinta itu yang terus tumbuh, maka hindarilah garis linier statis di
dalam kehidupan cinta anda. Berjalanlah menuju dinamisasi cinta, meski ada riak
cemburu pahamilah bahwa itulah episode pengujian ketulusan cinta dimana ia
hanya akan benar-benar tumbuh di tempat yang tepat
Salam cinta...
Tidak ada komentar:
Posting Komentar