Jahiliyah adalah kebodohan,arus
input tak mampu ditelaah dan dikaji sehingga output yang ada tetaplah sama dari
generasi ke generasi. Bodoh dalam penelaahan sehingga berakibat pada rusaknya
jiwa dalam keseharian.
Masyarakat Jahiliyah mempuyai
ciri yakni bisa dilihat dari cara mereka mendapatkan informasi mengenai
kehidupan, mereka tak percaya dengan “langit” karena dianggap sesuatu yang tak
bisa diraba dan menganggap hanya sekedar ‘informasi”. Oleh karena itu, rujukan
mengenai kehidupan mereka ambil bukan dari kitab-kitab suci yang diturunkan
ALLah melainkan mengumpulkan informasi dan pengetahuan dari para nenek moyang
atau leluhur mereka.
Dari waktu ke waktu, karakter ini
terus mengakar. Jahiliyah masa lampau dan sekarang tetaplah sama,
Fir’aun,Qarun,atau bahkan Abu Jahal seakan terus bekerja untuk mengkader para
pemuda agar mewarisi pemikiran dan gerakan yang sama dengan mereka. Bahkan
lebih seriusnya, gerakan ini menggurita hingga masuk ke kantong-kantong basis
keluarga yang taat sekalipun.
Lintas zaman, kalau boleh
mengatakan seperti itu perdaban jahiliyah selalu membawa satu tanda yakni “
sudahlah ikuti saja, tak perlu dipertanyakan dari dulunya juga begitu” atau “
janganlah kau sok idealis ! kompromistis saja dengan keadaan bung”. Sejenak
seperti yang benar pernyataan itu, namun pada kondisi seperti apa dulu.
Kalaulah memang posisi dari dulu itu adalah kebenaran yang harus jadi tradisi
itu tak masalah bahkan harus dilestarikan namun yang jadi problem adalah ketika
kesalahan turun temurun itu harus selalu dilakukan. Betapa nestapa sekali
ketika ada orang yang tak mau terima uang sogokan, ia dianggap “melanggar”
kesepakatan turun temurun.
Maka pada posisi peradaban saat
ini,ketika jahiliyah yang pimpin peradaban posisi kita yakni haruslah jadi
oposisi. Berani melawan “keumuman” namun bukan berarti tak melihat tingkatan
objek seruan dakwah. Sisi melawan ini maksudnya berani menampilkan bahwa yang
benar itu tetaplah benar dan jangan di campur adukan dengan kebatilan, meski
kita berada dan bersama-sama hidup dalam suramnya peradaban jahiliyah ini
bukanlah berarti ikut larut atau menjadi oposisi yang ekstrem. Cukuplah kiranya
kita fahami
53 dan kamu
sekali-kali tidak akan dapat memberi petunjuk kepada orang-orang yang buta
(mata hatinya) dari kesesatannya. dan kamu tidak dapat memperdengarkan
(petunjuk Tuhan) melainkan kepada orang-orang yang beriman dengan ayat-ayat
Kami, mereka Itulah orang-orang yang berserah diri (kepada Kami). (Ar Ruum: 53)
Tidak ada komentar:
Posting Komentar