Rabu, 29 Juli 2015

Perspektif pemenang

Bagi sang pemenang segala arena adalah pembelajaran,kekalahan hanyalah sebuah perjalanan penguatan yang diyakini hanyalah sebuah puzzle dari frame besar yang bernama menang. Yang selalu dijaga dari jiwa pemenang adalah kondisi hati dan kejernihan pikiran,karena ia yang akan terus menghidupkan bukan hanya energi untuk diri sendiri tapi orang lain.

Islam sebagai sebuah manhaj,mempunyai perspektif yang terkadang di luar nalar secara keumuman. Dimana secara sederhana logika pada umumnya,ciri kemenangan itu selalu diukur pada hitung hitungan matematis dan ketersediaan logistik. Tapi ternyata di awal kemenangan kaum muslimin yang menginspirasi proses perlawanan menuju kemenangan selanjutnya logika itu dinihilkan sama sekali. Hitung hitungan pada penghadangan kafilah dagang abu sofyan terasa cukup,tapi ternyata dugaan awal berubah pada kondisi realita dan dalam hitungan cepat semua konstalase berubah drastis menjadi sebuah drama mencekam di luar perkiraan. Tapi sungguh disini lah kita kemudian bisa mengambil pelajaran besar bahwa Allah hanya inginkan sebuah keyakinan yang jernih,Allah hanya ingin perjalanan kemenangan kaum muslimin selalu pada posisi sadar mengagungkan asma ALLAH dan doa yang sungguh sungguh sebagai bentuk harapan mahluk kepada sang penciptanya.

Atau lihatlah saat memang benar benar posisi kita dalam keadaan jumlah yang begitu besar dan memenuhi syarat kemenangan secara umum saat peristiwa futhu makkah,Allah menggariskan secara jelas untuk bertasbih dan beristighfar ketika memasuki mekkah. Lihatlah bagaimana Rasulullah saw saat memasuki mekkah,menundukkan tubuhnya.

Hanya butuh kata taat,maka bantuan dari Allah akan hadir dalam berbagai kesempatan yang dibutuhkan. Maka tak heran bila dalam islam, pemaknaan hakikat dari sebuah kemenangan adalah pada faktor ketaatan,kemudian sebuah strategi terncana,aksi yang terus bergelora dalam perwujudannya dan yang paling akhir adalah menihilkan lagi peran sebagai mahluk yang merasa memiliki kekuatan yakni dikenal dengan tawakal.

Sabtu, 18 Juli 2015

Pesan dari tolikara

Allahu akbar..allahu akbar..allahu akbar..allahu akbar walillahi hamdu

Suara takbir,tahlil,tahmid berkumandang di seantero dunia pada hari idul fitri. Pesan syiar dari hari raya umat islam setelah jalani masa training eksklusif masal dimana pun berada tapi sama sama menjalankan tugas yakni berpuasa dengan titik akhirnya adalah menunaikan dzakat fitrah dan berkumpul untuk laksanakan syiar solat idul fitri.

Ramadhan bagi umat islam adalah bulan agung penuh dengan makna historis,psikologis dan pesan kehidupan agar umat islam itu terbentuk menjadi pribadi tanggung dan siap hadapi konflik apapun. Banyak peristiwa besar terjadi pada bulan ramadhan,contoh perang badar dimana ia baru pertama kali dilakukan oleh kaum muslimin. Meski ada perasaan tegang dan kekhawatiran sebagai manusia tapi skenario Allah itu selalu memenangkan kaum mukmin meski di luar logika yg terjadi. Contoh lain yang terdekat adalah kemerdekaan bangsa indonesia yang juga terjadi pada bulan ramadhan,di tengah kegaduhan bahwa penjajah pada saat itu mengalami kekalahan maka patriotik anak muda menangkap momentum ini dan pada akhirnya kita bisa dapati Indonesia merdeka saat ramadhan.

Saat kontemporer ini,masih teringat konflik ambon dimulai saat ramadhan hingga meletus saat idul fitri hingga terakhir peritiwa papua dimana mushola dibakar selalu melahirkan pesan bahwa tantangan itu tidak akan pernah surut. Konflik selalu akan terjadi,karena ia lahir dari pergumulan emosi yang tidak sepadan,terjadi misspersepsi dan missunderstanding.
Islam lahir dari sebuah konsepsi membebaskan diri dari penghambaan kepada mahluk,menebar cinta kasih kepada seluruh mahluk. Dari sanalah kita dapati dalam sejarah,islam bukanlah agama pendendam apalagi perusak maka ketika terjadi konspirasi agar islam tercitra radikal dan bersifat pembunuh menjadi sangat terlihat jelas bahwa ia bukan islam.

Konsep untukmu agamamu sdh sangat jelas bahwa islam tidak akan intervensi dan ganggu peribadatan agama apapun di luar islam,maka bisa dilihat ketika islam berkuasa tak ada paksaan,tak ada penindasan tapi islam  k3tika jadi minoritas tak pernah merasa nyaman beribadah dan  hidup sebagai muslim