Selasa, 04 Juni 2013

seri ayah juara : konsisten bersama visi

Konsisten..merupakan satu kata yang mudah diucapkan namun sering sekali banyak orang yang terjatuh dengan kata ini, sehingga orang sering sekali pada akhirnya tidak pernah punya perencanaan dalam hidupnya karena menganggap percuma punya rencana nanti juga akan dilanggar.

Memang secara sepintas terkesan benar juga apa yang diucapkan, "nanti juga akan dilanggar". Jika hal itu sudah kita yakini kebenarannya lambat laun malah akan menghantarkan kita pada sebuah suguhan kebudayaan yakni suatu peradaban tanpa visi alias tidak peduli dengan masa depan. sungguh menyeramkan !

Konsisten sering sekali tidak menemui ruangannya, sehingga ia selalu terpinggirkan bahkan terkadang hampir punah sebelum akhirnya orang kemudian menemukan standarisasi operasional. Namun terkadang saya melihat ada keganjilan, jika ia sedang berada dalam lingkungan kerja profesinya maka seakan ia orang yang 100% termanage namun ketika diluar dari pekerjaanya ia pun terlihat 100% tidak termanage. mengapa bisa begitu? jawabannya adalah konsisten

Oleh karena itu, konsisten itu penting. ia selalu akan tersambung dengan kata keberhasilan alias juara, maka tak ayal lagi perlawanan sengit itu akan selalu hadir manakala diri kita ini menerapkan kata konsisten. beberapa hari ini saya coba sempatkan diri untuk membaca 10 bersaudara bintang Al Qur'an, satu kata terucap "Subhanallah", sungguh sebuah suguhan luar biasa bagi orang tua tentang bagaimana konsistensi itu membawa hasil yang signifikan. duet kedua orang tua yang konsisten untuk mencapai visi keluarga, meski secara pasti kedua orang tua itu yakni Ust. Mutamimul 'ula dan Ustdzh Wirianingsih orang yang sibuk, namun luar biasa masih memperhatikan bagaimana mendidik anak sesuai dengan keunikannya masing-masing.

konsisten..konsisten itulah satu kebutuhan mutlak menjadi ayah juara, ayah yang mampu membawa kapal rumah tangga ke arah yang diridhoi ALLAH, tanpa konsisten kapal itu akan oleng bahkan terhempas. Manalah mungkin keluarga itu akan menjadi sakinah mawahdah warahmah jika ia tidak bertemu dengan konsisten untuk tetap menjaga dirinya dan keluarganya dari api neraka (At Tahrim:8), manalah mungkin seorang manusia bernama Ibrahim mendapat julukan kekasih Allah jika ia tidak konsisten untuk menjalankan apa yang diperintahkan ALLAH secara konsisten meski berat menjalaninya dan manalah mungkin qudwah hasanah yakni Rasul Muhammad saw begitu dicintai umat jikalau ia tidak konsisten untuk mecintai umat walau sakaratul maut sudah di depan mata?

sekali lagi mari kita berdo'a pada Allah : Ya Allah konsistenkanlah iman yang terhujam dalam jiwa ini, biarkan iman ini yang menjadikan pikiran dan langkahku implementasikan amal-amal yang Engkau ridhoi. jadikanlah aku hidup mulia dan mati dalam keadaan khusnul khotimah, aamin


Tidak ada komentar:

Posting Komentar