Kamis, 20 November 2014

Genosida profesi adakah?

Yang bisa kulakukan saat ini mengadu pada Allah....

Jam dinding berdetak..mengiringi perjalanan hidup yang harus kuhadapi. Aku hanyalah seorang guru swasta berpenghasilan 1juta pas yang juga sebagai seorang suami dan ayah yang bertanggungjawab atas kelangsungan keluarga ku.

Hari ini aku tidak masuk,merenung dalam dalam tentang arti sebuah profesi. Guru adalah pilihan profesiku,dimana banyak harapan yang dinanti dari sentuhan guru,banyak impian yang dicita citakan karena untaian narasi penguat makna....

Tapi,apa benar ?apa benar seorang guru itu dinanti dan di harapkan?apa benar aku dan teman sejawatku diberikan sebuah keleluasaan menikmati satu kata sejahtera?..

Kebijakan tentang kenaikan bbm,sejenak menghempaskan ke dasar.menohok dalam dan merenyut dahi,coba kuseka keringat di wajahku dengan kain kumal yang kuanggap penyeka keringat. Aku tatap dalam dalam wajah yang ada di kaca itu,sesekali tampak buliran air menetes membasahi pipi. Tampak kemudian dompet kumal tergeletak di depan meja kaca ini yang aku beli saat menikah dulu. Aku buka dompet ini...aku lihat 2lembar uang yakni 10.000 dan 5.000. Uang ini baru kemarin mampu membuatku sedikit tersenyum karena dari beli bensin satu liter (rp 6500) aku masih bisa beli nasi dan lauk sederhana sekali. Tapi...hari ini aku harus tarik nafas dalam dalam,harus berfikir dalam dalam tentang sebuah mimpi naik haji yg bisa jadi hanya sekedar impian karena stlh kenaikn ini jatah semakin berkurang

Aku dan rekan sejawat lain barangkali bingung,bila keputusan ini dibuat pemerintah maka kajian tentang upah bisa diperjuangkan..bisa diperhitungkan..bisa dibahas. Sehingga apa yang bagiku dan rekan sejawat lainnya impikan,mungkin bagi engkau yang di lain dunia hanya tinggal menyisihkannya,tinggal merencanakan,tinggal menyusunnya karena selain upah dasar yang telah di setarakan masih ada tambahan bonus tahunan,dan lemburan. Bagi aku dan sejawatku hal itu sepertinya sesuatu yang tabu,karena profesi ku dituntut selayaknya umar bakri yang ajarkan makna kebersahajaan dengan menggowes ontel mnuju ruang ruang peradaban. Menuntut sejahtera dengan bersuara di jalan adalah memalukan! Begitulah profesiku..semua harus dijalani dengan ikhlas dan tabah. Guru sepertinya diriku atau guru honorer hanyalah menjadi sebuah pahlawan yang tak perlu barangkali diberikan kemudahan memiliki kendaraan yang nyaman atau impian berangkat haji atau punya rumah sendiri.

Bisa..bisa..bisa jadi esok tak ada yg mau jadi guru karena merasa sebagai profesi kelas 2

Tidak ada komentar:

Posting Komentar