Sabtu, 20 September 2014

Mengukur plafond kekecewaan

Kecewa adalah hal wajar dan tidak bisa dihindari dalam perjalanan hidup manusia. Perbedaan antara setiap orang adalah sejauhmana ia memberikan kapasitas plafond atau dalam termin waktunya dalam mengukur dan kapitasi kecewa itu.
Kecewa itu bukanlah milik orang orang pada level bawah (bottom society:kaum buruh,karyawan biasa,ataupun kaum proletar) tetapi juga datang pada kaum uptown,kaum elit,ceo,direktur bahkan juga menghinggap pada birokrat. Oleh karena itu,dalam ukuran plafond kekecewaan itu pada dasarnya dilatarbelakangi oleh ketidakpuasan atas sesuatu.
Adalah khalid bin walid yang jika besarnya plafond kekecewaan itu tidak besar maka ia akan kecewa luar biasa,bayangkan seseorang panglima tinggi angkatan perang yang sukses membawa berkali kali kemenangan itu sekonyong konyong harus dicopot dari jabatannya oleh khalifah umar bin khatab. Ketika ditanya apa alasannya sederhana saja karena umar ra mencintai khalid bin walid karena Allah agar ia dan tidak tinggi hati merasa kemenangan itu atas dirinya dan rakyat juga tidak merasa bahwa kemenangan itu karena khalid ra,intinya agar tidak ada pengkultusan...
Karena Allah..itu saja karena jika kita tak mampu memperluas plafond kekecewaan bisa jadi juga kita pada satu kondisi yang kemudian menyalahkan Allah sang pencipta seperti tak sadar berkata:ya Allah mengapa aku harus begini,mengapa kok hidup terasa berat sekali padahal aku kan sering ibadah kenapa dia yang jarang ibadah kok sehat,kok kaya..kok..kok..kok...
Sederhana saja..bila kau tetap mau bersama maka bersabarlah buka plafond lebih besar,bila kemudian kau pun tak mampu berpisahlah secara baik baik..jangan tinggalkan silaturahim. Tapi ketahuilah dimanapun berada kekecewaan itu selalu muncul. Jika mampu mengatasinya maka kau akan bahagia...selamat pagi..selamat beraktivitas

On the road..sentul
Ridwan,20september 2014

Tidak ada komentar:

Posting Komentar